Jul 1, 2009
Garuda Di Dadaku
Garuda Di Dadaku
Beberapa hari sebelum beredarnya Transformers 2: Revenge of the Fallen, Yanti merekomendasikan untuk menonton Garuda Di Dadaku. Saya meng-iya-kan, maka Garuda Di Dadaku masuk kedalam daftar menonton saya dan Yanti. Terus terang, sebelum saya menontonnya, saya tidak berharap banyak pada film ini, mengingat ini film lokal. Bahkan setelah beberapa teman baik merekomendasikan film ini juga, saya tetap tidak berharap banyak pada film ini. Sudah terlalu banyak film mengecewakan dari sineas-sineas lokal.
Filmnya berkisah tentang seorang anak kecil berusia 12 tahun yang bernama Bayu. Bayu memiliki bakat dalam bermain sepakbola, bakat yang didapat dari (almarhum) Ayahnya. Tetapi Kakek Bayu tidak menyukai sepakbola dan melarang Bayu bermain sepakbola. Bahkan untuk membahas mengenai sepakbola juga tidak boleh. Kakek Bayu menginginkan Bayu menjadi orang sukses, dan menurutnya sepakbola bukan jalan untuk menjadi sukses. Oleh karena itu ia memasukkan Bayu ke dalam berbagai macam les, mulai dari les musik, melukis, sampai bahasa Inggris.
Bayu mempunyai seorang sahabat bernama Heri yang juga menggemari sepakbola. Hanya saja, tidak seperti Bayu, Heri tidak bisa bermain sepakbola karena dirinya lumpuh sejak kecil. Di hari ulang tahun Bayu, Heri mengajaknya menonton pertandingan final sepakbola remaja. Setelah pertandingan, mereka bertemu dengan seorang pelatih dari SSB Arsenal (kenapa harus Arsenal ya? Kan ga jago heheheheheh). Dari pertemuan itu dimulailah perjalanan Bayu yang dibantu Heri mengejar impian memakai Garuda di dada (baju tim nasional Indonesia). Berhasil tidaknya, silahkan anda lihat sendiri ya.
Film ini dikemas ringan, mengingat sasaran penontonnya kemungkinan adalah semua umur, ditambah humor-humor yang cukup menggelitik. Ide cerita yang sama mungkin sudah pernah anda temukan pada film lainnya seperti Bend it like Beckham, tapi bahkan film Hollywood juga sering mengulang ide yang sama dengan film lain, jadi saya tidak akan mempermasalahkan itu. Tidak ada akting yang menonjol, baik dari pemeran yang senior maupun yang junior. Mungkin yang perlu diperhatikan adalah baiknya akting pendatang baru Emir yang berperan sebagai Bayu. Juga begitu pasnya seorang Ramzi memerankan tokoh Mang Duloh, supir Heri, dengan celotehan-celotehan dan polah tingkah lakunya yang membuat penonton tertawa. Secara keseluruhan, film ini menghibur, tidak terlalu bagus tapi menghibur. Saya bahkan berani mengatakan, menurut pendapat saya, film ini lebih baik jika dibandingkan dengan Transformer 2: Revenge of the Fallen (lagi-lagi, saya terlanjur dibuat sangat kecewa oleh Michael Bay dan tim Transformers 2 yang gagal membuat film yang lebih menarik dari apa yang sudah mereka buat).
Rate : 2/5
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Nice one! Btw, Ramzi itu jadi mang Dudung ya? Buannya Mang Dulloh?
Waaaks!! salah saya....lupa soalnya :P- thanks dear
Post a Comment