Sep 18, 2009

Perutkuuu……


Kenapa dengan perutku? Buncit? Kalau itu sih semua yang pernah melihat saya sudah tau. Tapi sekarang saya bukan mau menulis tentang seberapa buncit perut saya jika dibandingkan dengan perut orang lain, saya mau menulis sebuah kejadian yang berhubungan dengan perut saya yang buncit.

Perut saya (atau lebih tepatnya lambung saya) sensitif dengan makanan pedas dan asam. Seringkali jika saya memakan makanan yang pedas atau asam (atau dua-duanya, sayur asem dan sambal terasi pedas misalnya) perut saya memberontak, perut saya sakit dan memaksa saya harus bolak-balik ke toilet. Hal seperti ini yang seringkali menghalangi niat saya untuk bisa menikmati makanan tertentu, makanan yang sebenarnya sangat lezat tetapi tidak bisa saya nikmati karena rasanya.

Yanti sudah tau tentang “kekurangan” ini, dan ia dengan penuh perhatian selalu mengingatkan apabila makanan yang hendak saya santap itu asam atau pedas. Beberapa kali bahkan melarang saya menyantap makanan yang memiliki rasa asam dan pedas (terima kasih banyak sudah mengingatkan saya untuk tidak menyiksa diri sendiri). Tapi karena pada dasarnya saya sangat senang makan, dan karena pada dasarnya saya nakal, jadi seringkali peringatan atau larangannya saya tidak ikuti (maaf ya sering bikin kamu kawatir).

Nah, pada saat menulis ini, perut saya sakit luar biasa, mengerjakan tulisan ini sambil sesekali ditinggal ke toilet. Kenapa? Apakah saya habis menyantap sesuatu yang pedas dan asam?

Malam sebelumnya (lebih tepat sore sih) saya ikut buka bersama dengan teman kantor Yanti. Acaranya diadakan di sebuah restoran seafood di kawasan Jakarta Pusat. Makanan yang dipesan beraneka macam dan dalam jumlah cukup banyak. Sebut saja udang saus mayonnaise, udang api cabai garam, tahu kipas, kerang ijo, calamari ring (cumi goreng tepung), cah kangkung dan kepiting saus tiram.

Dari menu diatas, masih ada dua menu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Ada udang bambu dan kepiting soka. Udang bambu bernama seperti itu karena memang bentuk cangkangnya seperti bambu. Sementara nama kepiting soka sering saya lihat di daftar sold out dari restoran tersebut (terlihat setiap kali saya melewati restoran tersebut), membuat saya penasaran dengan bentuk dan rasa kepiting soka. Saya tanya pada teman yang membuka tenda seafood dekat rumah, menurutnya kepiting soka adalah jenis kepiting yang cangkangnya tidak sekeras kepiting biasa sehingga bisa ikut dimakan. Entahlah apa benar seperti itu.

Mengingat saya belum pernah merasakan kedua jenis makanan itu, saya tidak mau kelupaan untuk ikut menikmati du jenis makanan tersebut. Udang bambunya dimasak dalam 2 bumbu, tidak ada yang pedas, dan rasanya mirip rasa bekicot tanpa rasa pahit yang kadang didapati pada bekicot. Lalu kepiting soka dimasak cabai garam, rasanya tidak terlalu istimewa, mirip rasa kepiting biasa, hanya saja tekstur dagingnya lebih lembut dan lebih berair.

Selama ini, saya tidak pernah punya alergi pada seafood, oleh karena itu saya dengan percaya diri menyantap makanan yang ada. Yang terjadi kemudian adalah, lidah saya gatal. Merasa itu merupakan gejala awal alergi, saya kemudian meminum susu segar, berharap susu kembali dapat menolong saya (kalau sakit atau tidak enak badan, saya sering minum susu dan kemudian merasa lebih segar). Gatal di lidah memang tidak hilang, tapi kekakuannya hilang (sebelumnya sempat terasa lidah saya kaku). Beberapa saat kemudian, saat berada di kendaraan, perut saya sakit. Sesampainya di rumah, pemberontakan perut saya agak berkurang. Akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke warnet. Sepulangnya dari warnet, saya makan lagi, kali ini menyantap nasi goreng buatan sendiri. Setelah makan, perut saya kembali berontak, dan malam itu saya beberapa kali harus terbangun untuk pergi ke kamar mandi.

Sampai pagi ini, perut saya belum juga bersahabat. Tiba di tempat bekerja, saya langsung mampir di toilet. Setelah itu menyalakan computer, memulai menulis postingan ini, ke toilet lagi, meneruskan postingan, toilet lagi, menyelesaikan postingan ini, dan sekarang selesai sudah postingan ini. Ada yang mau berpendapat kenapa kira-kira perut saya berontak padahal saya tidak menyentuh makanan pedas atau asam? Kalau saya curiga dengan kepiting soka atau kerang bambu…..

2 comments:

Diosnardo Rahmanto said...

wah pasti lemes banget dirimuh bolak-balik ke toilet. saran gue siy minum jamu tjap koepoe koepoe. diseduh dg air anget trus diminum. asal tahan aj sama jamu. menurut gue yg udah kebiasaan punya siklus rutin diare, jamu nya lumayan enak. hihi.. cpt sembuh sob.

Nod-nya Tea said...

hiaaaa....bukan diare deh kayanya...bener-bener sesuatu yang berhubungan dengan apa yang gw makan...istilah bahasa inggrisnya "keracunan makanan" hehehehehe