Jun 28, 2007

I'm Dangerous

Hati - hati kalau ketemu saya...
Jaga diri baik - baik. . .
Pakai tas punggung dan masukkan panci atau apa saja yang terbuat dari besi ke dalam tas punggung anda...
Karena saya suka Menusuk Dari Belakang....

Jun 16, 2007

Andre Fernando

Andre Fernando..

Keren...wow....

Ganteng...

Tajir...

Pengecut...

Tidak bertanggung jawab...

Mulut besar...

Pembohong...

senang menyiksa orang...

Yang punya Jalan A Cipinang Muara...

Tagline Comment part 2

Setelah sebelumnya membahas tagline salah satu balon Gubernur DKI Jakarta, sekarang saya mau membahas tagline balon Gubernur DKI Jakarta lainnya.

Tagline-nya berbunyi "Katakan Tidak Pada Narkoba". Tagline yang sebenarnya berbahaya, mengingat besarnya jumlah pemakai narkoba di Jakarta, sehingga sejumlah besar suara sudah dapat dipastikan tidak memilih bapak yang satu ini.

Bukan itu yang jadi masalah. Masalahnya apa dengan mengatakan tidak pada narkoba akan menyelesaikan semua masalah Ibu Kota Tercinta ini? Apa hubungannya narkoba dengan kemacetan dan banjir yang merupakan masalah lama, apalagi balon Gubernur yang ini adalah orang lama di pemerintahan daerah DKI, yang dalam 4 tahun belakangan usahanya mengatasi banjir tetap gagal. Lain kali ada baiknya lebih kreatif dalam mengusung semboyan atau tagline, tapi jangan terlalu mengumbar janji juga, kayanya rakyat bosen denger janji, rakyat perlu bukti.

This is how WE Disappear....

Sejak kecil, saya senang olahraga, terutama sepakbola. Intinya semua kegiatan yang mengeluarkan keringat dan dilakukan bersama-sama saya sangat suka. Biarpun waktu SMP sempat lebih fokus ke Basket, tapi tetap sepakbola olahraga favorit saya.

Singkat cerita, selepas SMA, saya mulai mengenal sekelompok anak muda yang rumahnya dekat dengan rumah saya. Kami sering bermain sepakbola bersama, sampai kemudian terbentuklah secara tidak resmi sebuah klub sepakbola bernama PUMA (Putra Muara). Walaupun banyak "personil" yang menghilang karena pindah rumah, kuliah diluar kota, dan berbagai alasan lainnya, selalu ada saja penggantinya sehingga kegiatan main bola bersama tetap sering dilakukan.

Beberapa waktu lalu timbul ide untuk bermain rutin di suatu tempat dengan sistem iuran per bulan. Setelah didapat tempat yang murah, diputuskan membayar iurannya Rp. 15.000 per bulan. Pada awalnya semuanya sepertinya setuju dan antusias. Lama kelamaan mulai terasa ketidak konsistenannya. Mulai ada keluhan tempat mainnya yang outdoor dan jam main yang mendekati tengah hari, sehingga seringkali kepanasan (maklum deh, banyak yang model papan atas sih, takut matahari). Mendengar keluhan itu, ada yang berinisiatif mengusahakan mendapat tempat bermain yang indoor, tetapi hasilnya nihil. Untuk tempat indoor diperlukan biaya yang lebih besar, kami berhenti berusaha mengingat jika mahal pasti banyak yang menyerah.

Saya heran, padahal banyak yang sudah kerja dan belum menikah, belum ada yang dikasih makan kecuali dirinya sendiri, kenapa sih mengeluarkan uang sekitar Rp 50.000 per bulan itu susah? Saya saja yang belum kerja menyanggupi, namanya juga HOBI. Jangankan 50.000 yang ketahuan lumayan besar jumlahnya, iuran bulan pertama yang "cuma" 15.000 aja banyak yang belum lunas, ada saja alasannya entah main hanya setengahnya lah, entah itu main ga terlalu rutin lah, semuanya omong kosong. Kalau sepakat iuran 15.000 ya bayar lunas dong, ketidakhadiran kan resiko masing-masing. Ada kok yang jarang main tapi bayar penuh, masih sekolah lagi, belum bekerja, pada ga punya muka kali ya?? Belum lagi manajemen waktu beberapa oknum yang membuat kesal, lagaknya seperti bos dan orang penting, kalau ada apa-apa harus dijemput ke rumahnya, ga mau keluar atas kesadaran sendiri, kalaupun keluar sendiri pasti terlambat. Saya heran, maunya apa sih??

Akhirnya setelah kekesalan memuncak, cuma satu yang bisa saya ingat......Mungkin dua.....Satu, orang-orang seperti itu tidak pantas saya anggap teman, bahkan mungkin seharusnya tidak pantas bagi banyak orang...kedua, saya akan selalu ingat kostum tim yang belum lunas!!.

This is how PUMA disappear
"Kalau hobi itu serius dong...." kata bijak dari seorang yang tidak konsisten

Mon Frere

I know a boy
A boy so similar yet so different from me
A boy lost his love one at young age
A boy with kind heart and bright mind
A shy boy on the surface, A brave boy inside
A boy that cherish friendship


The boy have a problem
A problem neither he or i can solve
I offered him a helping hand
He rejected and even scold me back
"If you want to help just shut up!" he said
I think he's upset with me for trying too hard

It's been days since we last talk
I don't know how he is doing
Has he solve his problem
Don't know whether he keep on trying or give up
I wanted to ask
But afraid that he'd be more upset

I'm only saying it 'cause i care
Please don't despair my dear mon frere
I'm here to lift you up
And i will be here to catch you if you should fall

Once again,
Please don't despair my dear Little Brother

Jun 10, 2007

Mari Benahi Jakarta......HOW??

Saya melihat sudah banyak spanduk bakal calon Gubernur DKI Jakarta bertebaran di sudut-sudut jalan kota. Salah satu spanduk bacaGub memiliki Tagline atau semacam slogan "Mari Benahi Jakarta". Sebuah tagline yang menarik, mengingat memang Jakarta dalam keadaan yang memprihatinkan (mungkin bukan hanya Jakarta, seluruh Indonesia). Begitu banyak masalah yang dihadapi Jakarta, mulai dari banjir, pengangguran, kemiskinan, kemacetan, tingkat kriminalitas tinggi, dll. Semua memang harus dibenahi.

Pertanyaannya : Kalau memang kita tergerak untuk membenahi Jakarta, sudikah Bapak bakal calon Gubernur mengajari kami semua cara yang konkret, cara yang pasti bisa kami lakukan untuk membenahi Jakarta? Bagaimanakah cara membenahi Jakarta? Apakah jika kami warga Jakarta semua bergerak untuk membenahi Jakarta, maka semua masalah Jakarta akan terselesaikan bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan anda sebagai Gubernur (jika terpilih)? Kalau tidak ada cara konkret yang bisa Bapak tunjukkan, tidak usah memakai Mari Benahi Jakarta sebagai tagline, karena percuma mengajak mengatasi sesuatu kalau tidak tahu caranya bagaimana mengatasi sesuatu itu.

The Reason

Belakangan ini, kalau ada yang tanya saya sedang apa, pasti sering terdengar kalau saya sedang nonton sinetron atau cookies atau film-film tv lokal lainnya. Dulu, saya jarang sekali melirik (melirik saja jarang, apalagi menonton) sinetron atau film lokal, karena menurut saya kualitasnya masih kurang sesuai buat saya. Lalu kenapa belakangan ini saya sering menonton sinema indonesia? Apakah kualitasnya sudah membaik? Kalau saya bilang belum. Lalu kenapa?

Dulu saya senang melihat film Hollywood karena kualitasnya bagus, dan bisa buat bantu belajar bahasa inggris (and yes it helped me a lot). Selain itu karena saya lelaki normal, tentu saya suka melihat pemeran wanita cantik dari Hollywood seperti Milla Jovovich, Neve Campbell, Winona Rider, dll. Nah, karena alasan saya lelaki normal pula belakangan ini saya senang melihat sinema indonesia, saya baru sadar ternyata wajah-wajah baru sinema indonesia banyak yang menarik. Kalau dulu bosan dengan wajah Desi Ratnasari, Jihan Fahira, Ineke Koeserawaty, dll, sekarang wajah-wajah yang muncul lebih segar dan enak dilihat hehehehe......

Nama-nama seperti Nadia Saphira (Ada Apa dengan Cinta Series, Jomblo), Nikita Willy (Roman Picisan), Shireen Sungkar (Cinta Fitri), Jill Carissa (Various FTV), Velove Vexia (Olivia), Laudya Chintya Bella (Virgin), dan masih banyak lagi nama-nama lainnya yang membuat saya betah berlama-lama ada di depan TV. Kualitas aktingnya? Ada beberapa yang cukup baik, tapi mungkin karena karakter yang diperankan kelewat "biasa" jadinya kesannya aktingnya biasa-biasa aja. Jadi bukan karena saya suka dengan cerita sinetron atau sinema indonesia lainnya, semua murni karena mau melihat wajah cantik pemeran wanita di sinema yang bersangkutan.