Aug 11, 2009

Hari yang membahalahkan


Hari yang membahalahkan?
Bingung ya?
Bahasa apa itu?
Itu bahasa yang saya ciptakan sendiri, dengan asal-asalan, yang penting mengandung dua kata yang saya maksud.

Hari yang membalahkan adalah hari yang melelahkan sekaligus membahagiakan. Iya, hari itu hari Rabu yang cerah. Saya berangkat sesuai waktu saya biasanya berangkat. Tapi karena tidak beruntung mendapatkan bis yang berjalan layaknya seekor siput, saya akhirnya sampai kantor terlambat. Sesampainya dikantor, langsung mengerjakan apa yang harus dikerjakan (sarapan pagi, menikmati teh manis panas, mendengarkan musik, dan sesekali memutar DVD konser Jason Mraz yang saya beli semalam sebelumnya). Semua dikerjakan dengan mengejar waktu, karena menurut pengumuman di hari sebelumnya, listrik di kantor akan dimatikan mulai pukul 10.00 sampai pukul 13.00.

Tunggu punya tunggu, listrik baru padam pukul 11.00 siang. Karena tidak bisa bekerja tanpa listrik yang menyalakan komputer, maka kami pergi ke luar kantor. Saya memanfaatkan waktu untuk pergi menemani Yanti mengurus SIM di Kalibata. Setelah ojek yang saya tumpangi sempat salah jalan, akhirnya saya tiba di tujuan setengah jam kemudian. Bertemu dengan Yanti, menunggu, makan siang, menunggu lagi, semua dilakukan di bawah teriknya sinar matahari. Setelah menunggu dan menunggu (dengan sabar tentunya…bukan si Sabar teman SMU lho, maksudnya dengan hati sabar….bukan hatinya si Sabar teman SMU juga lho….ah, sudahlah, pusing saya) akhirnya SIM yang dinanti diperoleh. Bergegas kami kembali ke kantor masing-masing.

Saya yang tergesa-gesa, memutuskan naik ojek dari kantor Yanti. Hamper mengalami kecelakaan karena pengemudinya mengendarai motor layaknya Valentino Rossi di sirkuit balap, saya tiba di kantor 10 menit dari saat menaiki ojek. Bergegas menuju ruangan, menanyakan keadaan, turun kembali ke bawah membeli kertas pembungkus kado, naik lagi ke lantai 6, membungkus kado untuk Yanti (dimarahi oleh Mba’ ku karena salah membungkus), menikmati segelas teh vanilla, bersiap pulang dan akhirnya pulang.

Tidak pulang juga, tapi menjemput Yanti lebih dulu. Rencana awal sih mau mengajak Yanti pergi entah kemana menghabiskan waktu sampai mendekati pergantian hari, baru kemudian memberikan kado yang sudah disiapkan. Tapi mengingat diri saya dan dirinya sudah terkuras energinya saat menunggu SIM, saya memutuskan untuk tidak mengajaknya pergi dan menyerahkan kadonya 4 jam sebelum pergantian hari. Kado yang diterima dengan senyuman yang paling manis yang pernah saya lihat. Setelahnya, kami pulang. Saya mampir ke warnet untuk mem-post tulisan-tulisan yang sudah menumpuk layaknya cucian. Setelah itu pulang ke rumah, mencuci muka, chatting sebentar dengan Yanti sampai saya tertidur karena lelahnya. Terbangun di 22 menit melewati pergantian hari, menelpon Yanti, mengucapkan selamat ulang tahun, membuka facebook, menulis pesan di wall Yanti, membuat beberapa komentar disana sini, lalu tertidur pulas.

Wuah, what a day. Lelah memang, tapi kalau melihat senyumannya sepertinya semua kelelahan hilang saat itu juga. Percaya atau tidak, saya sendiri juga terus tersenyum sepanjang malam….teringat senyum dirinya….saya mungkin tersenyum juga saat tertidur hehehehehehe…..

3 comments:

Ratusya said...

ow... ini yang waktu itu si ari bikin sim ya? *angguk2*

Diosnardo Rahmanto said...

cie... ikut bahalah juga deh. halaaahh... hahaha

Nod-nya Tea said...

@Quin : iya buu...xixixixi