Jan 13, 2010

Belajar dari Hachiko



Saya mengetahui tentang Hachiko dari seorang teman, Lidya namanya. Awalnya Lidya merekomendasikan sebuah film yang dibintangi oleh Richard Gere berjudul Hachiko, tentang kisah seekor anjing bernama Hachiko. Dari hanya melihat trailernya yang sangat menyentuh, saya kemudian tertarik dengan kisah sebenarnya, karena film tersebut diangkat dari kisah nyata.

Alkisah, pada jaman dulu di Jepang, sekitar tahun 1920-an, seorang profesor, Hidesaburo Ueno, memungut seekor anak anjing jenis akita. Anjing tersebut kemudian dipelihara oleh profesor tersebut dan diberi nama Hachi. Hachi kemudian menjadi sahabat sang profesor dan tumbuh besar bersama sang profesor. Setiap harinya, hachi mengantar sang profesor ke stasiun kereta dan akan kembali ke stasiun itu sore harinya untuk menyambut sang profesor pulang mengajar. Hingga suatu hari, sang profesor terkena stroke dan meninggal saat mengajar. Hachi yang tidak mengetahui tentang meninggalnya sang sahabat, tetap kembali untuk menunggu di stasiun kereta, menunggu kedatangan sahabatnya itu, bahkan setelah tidak lagi tinggal dengan keluarga profesor Ueno. Bertahun-tahun lamanya Hachi kembali untuk menunggu di depan stasiun, hingga ajal menjemputnya. Tersentuh oleh kesetiaan Hachi, seorang seniman membuat sebuah patung Hachi di depan stasiun Shibuya, Tokyo, Jepang. Sampai sekarang, patung Hachiko dianggap sebagai lambang kesetiaan.

Apa yang bisa kita pelajari dari Hachiko? Tentu saja kesetiaannya. Meskipun sudah banyak orang mengetahui bahwa seekor anjing adalah hewan paling setia kepada majikannya, tapi tetap saja ketinggian hati manusia membuat kita tidak belajar dari anjing. Begitu banyak contoh ketidak setiaan manusia yang bahkan mungkin anda sendiri pernah melakukannya. Ambil saja contoh para selebriti yang meramaikan acara infotainment dengan perselingkuhan mereka. Atau mungkin anda mau mengambil contoh rekan kerja anda yang selalu berpindah-pindah pekerjaan dengan alasan mencari pendapatan yang lebih besar, tidak ada nilai kesetiaan pada perusahaan tempatnya bekerja (beberapa menyebutnya profesional). Apa susahnya sih setia? Anjing saja bisa melakukannya, masa kita tidak bisa?

Lalu apakah saya termasuk orang yang setia? Sampai saat ini saya berani katakan YA. Bagaimana dengan anda?

4 comments:

Ratusya said...

odeee... ini kaya pilm marley & me kan?
hohoho... sorry baru mampir... koneksi smart dodol banget.. ini masih di kantor *penting ya?!*

Nod-nya Tea said...

Bu guruu...
Marley and me sedih juga sih... film Hachiko diriku belum nonton, tapi dari trailernya aja udah menyentuh banget, terasa kesedihannya T_T

iya niy, koneksi smart dodol banget >:(

sama, diriku juga masi di kantor *pentang lha itu :P*

ngawur said...

wah,,,enak nih kayak nya ....lang di jajal saja..heheh salam kenal ya dari ngawur

iman said...

Rasanya sulit sekali untuk tidak menitikkan air mata ketika menonton film hachiko dog a story.
Penantian selama 10 tahun, bagi seekor anjing, adalah penantian seumur hidupnya. Kesetiaan dan penantian terhadap tuannya begitu tulus dan sederhana.
Andaikata si anjing-setia itu berharap memperoleh suatu imbalan, maka hanyalah berupa perjumpaan kembali dengan tuannya.

seperti di ending cerita...