Esa Azhari atau Agam adalah anak tunggal dari Bu Pri. Agam kalau kata orang-orang sedikit korslet otaknya, jadi rada-rada oon gitu deh.....
Rumah Agam yang di Cipinang sudah dijual, Bu Pri juga sudah pindah ke Bekasi, tapi kenapa Agam masih di rumah lamanya di Cipinang ya???
Agam betah karena walaupun ga ada Emaknya disini, tetep ada yang ngasih dia makan dan minum. Yang punya rumah juga ngizinin dia tinggal disitu karena kasihan.
Kalau kenal dekat dengan Agam, pasti mereka yang baik sama Agam karena kasihan pasti berubah pikiran. Kenapa? Karena Agam tuh ngeselin, kurang ajar, sok tahu, licik.
Plis dong pada sadar, sebelum semua terlambat...........
Jan 26, 2007
PBB
PBB disini bukan Perserikatan Bangsa Bangsa, tapi Persatuan Babu Babu (sedikit sarkas, tapi memang istilah itu yang dipakai). Kenapa saya menulis cerita tentang pembantu rumah tangga? karena ada sedikit hal yang buat gue penting untuk semua orang ketahui.
Jujur saya punya teman yang merupakan pembantu rumah tangga, bahkan tidak hanya satu. Kenapa bisa begitu? ya karena saya bukan tipe orang yang suka mengelompokkan orang lain berdasarkan status atau pekerjaan yang mereka lakukan. Tidak seperti beberapa orang yang mengatakan "ih ngegodain babu, ternyata seleranya..." pada saat saya menyapa seorang pembantu rumah tangga yang saya kenal. Sebagai catatan, saya hanya menyapa, tapi dianggap menggoda dan dianggap kalau saya naksir sama pembantu itu. Buat saya kata-kata seperti itu cuma bisa dikatakan oleh orang picik, pikirannya dangkal. Memang kenapa kalau kenal dan berteman dengan pembantu? Dia sendiri seringkali menyombongkan diri mengenal dan "memiliki" beberapa "JABLAY", sesuatu yang menurut saya, kalau mau mengklasifikasi orang, lebih rendah daripada pembantu rumah tangga. Kenapa lebih rendah? Karena biarpun sama-sama manusia, pembantu rumah tangga hanya menjual tenaganya, jablay menjual tubuhnya, pembantu rumah tangga adalah profesi yang halal, jablay jelas penuh dosa bukan?
Untuk itu, ada baiknya kita tidak mengelompokkan manusia berdasarkan status dan pekerjaan, kita semua manusia, tidak baik kita memandang rendah orang lain karena kita semua sama dimata Tuhan. Disaat kita merendahkan orang lain, kita sebenarnya merendahkan diri kita sendiri.
Jujur saya punya teman yang merupakan pembantu rumah tangga, bahkan tidak hanya satu. Kenapa bisa begitu? ya karena saya bukan tipe orang yang suka mengelompokkan orang lain berdasarkan status atau pekerjaan yang mereka lakukan. Tidak seperti beberapa orang yang mengatakan "ih ngegodain babu, ternyata seleranya..." pada saat saya menyapa seorang pembantu rumah tangga yang saya kenal. Sebagai catatan, saya hanya menyapa, tapi dianggap menggoda dan dianggap kalau saya naksir sama pembantu itu. Buat saya kata-kata seperti itu cuma bisa dikatakan oleh orang picik, pikirannya dangkal. Memang kenapa kalau kenal dan berteman dengan pembantu? Dia sendiri seringkali menyombongkan diri mengenal dan "memiliki" beberapa "JABLAY", sesuatu yang menurut saya, kalau mau mengklasifikasi orang, lebih rendah daripada pembantu rumah tangga. Kenapa lebih rendah? Karena biarpun sama-sama manusia, pembantu rumah tangga hanya menjual tenaganya, jablay menjual tubuhnya, pembantu rumah tangga adalah profesi yang halal, jablay jelas penuh dosa bukan?
Untuk itu, ada baiknya kita tidak mengelompokkan manusia berdasarkan status dan pekerjaan, kita semua manusia, tidak baik kita memandang rendah orang lain karena kita semua sama dimata Tuhan. Disaat kita merendahkan orang lain, kita sebenarnya merendahkan diri kita sendiri.
Jan 17, 2007
Primus
Saya punya teman yang kalau kata teman-teman yang lain mirip artis sinetron Primus Yustisio, cuma badannya aja yang ga segede Primus beneran.
Selama ini kirain cuma teman-temannya aja yang menyebut dia sebagai "Primus", sampai suatu hari saat saya menemani "Primus" membuat pasfoto di FujiFilm dekat rumah. Pada saat menunggu pasfoto tercetak, ada seorang bapak-bapak yang juga ikut melihat ke layar komputer (berhubung digital) berkata "wah fotonya Primus Yustisio, ini adiknya primus atau barry prima waktu masih muda". Kata-kata bapak itu disambut senyuman dari hampir semua orang yang ada di ruangan itu, sementara saya sendiri menahan tawa sambil mungkin tertawa terbahak-bahak dalam hati (bisa ga ya begitu???). Ini berarti kemiripannya terhadap Primus sudah diakui oleh orang banyak, bukan hanya oleh teman terdekat.
Nama teman saya? Prio Sulistyo. Lihat kemiripannya lagi ga? PRImus YustisIO-PRIo SulistIO hehehehehehe
Selama ini kirain cuma teman-temannya aja yang menyebut dia sebagai "Primus", sampai suatu hari saat saya menemani "Primus" membuat pasfoto di FujiFilm dekat rumah. Pada saat menunggu pasfoto tercetak, ada seorang bapak-bapak yang juga ikut melihat ke layar komputer (berhubung digital) berkata "wah fotonya Primus Yustisio, ini adiknya primus atau barry prima waktu masih muda". Kata-kata bapak itu disambut senyuman dari hampir semua orang yang ada di ruangan itu, sementara saya sendiri menahan tawa sambil mungkin tertawa terbahak-bahak dalam hati (bisa ga ya begitu???). Ini berarti kemiripannya terhadap Primus sudah diakui oleh orang banyak, bukan hanya oleh teman terdekat.
Nama teman saya? Prio Sulistyo. Lihat kemiripannya lagi ga? PRImus YustisIO-PRIo SulistIO hehehehehehe
Jan 15, 2007
Anger Management
Manajemen Emosi, manajemen amarah, apalah orang menyebutnya, yang pasti belakangan ini saya sangat butuh yang namanya pengendalian emosi. Cukup banyak orang mengenal saya sebagai orang yang jarang marah, kecuali mereka yang kenal saya dari kecil, karena dulunya saya termasuk orang yang punya emosi yang meledak-ledak. Makin bertambah umur, semakin jarang saya menampakkan emosi, terutama marah, kalaupun harus marah paling-paling cuma sebentar, habis itu ya sudah, adem lagi.
Sekarang-sekarang ini, hal-hal kecil yang diluar perkiraan atau rencana saya sangat mudah membuat saya marah. Marah pada orang yang menganggap remeh waktu yang ada (orang yang suka ngaret), marah pada orang-orang yang tidak tahu aturan sederhana seperti ngantri, dll. Untungnya ada yang tidak berubah....dari dulu saya bukan orang yang mudah marah terhadap yang namanya perempuan, dunno why.......
Ada yang tahu tempat atau cara-cara manajemen emosi?
Sekarang-sekarang ini, hal-hal kecil yang diluar perkiraan atau rencana saya sangat mudah membuat saya marah. Marah pada orang yang menganggap remeh waktu yang ada (orang yang suka ngaret), marah pada orang-orang yang tidak tahu aturan sederhana seperti ngantri, dll. Untungnya ada yang tidak berubah....dari dulu saya bukan orang yang mudah marah terhadap yang namanya perempuan, dunno why.......
Ada yang tahu tempat atau cara-cara manajemen emosi?
Just a Story
Saya dapat "kisah" ini dari bulletin board friendster. Kenapa saya pasang di blog saya karena mungkin ada yang punya solusi yang baik untuk membuat "kisah" ini happy ending....
Cinta
ada seorang cw *sebut aja A*,dia
sayang sama seorang cowo *sebut aja
B*..
nah...ternyata si B ini sayang juga
sama si A..
tapi...si B bilang kalo dia ga bisa
jadian sama si A karena satu hal..
PERTANYAAN GW..kira-kira alasan si B
bilang ga bisa jadian apa ya?
padahal..kayanya semuanya oke oke aja,
orang-orang juga pada ngedukung banget
mereka jadian..
hmmmmmmm.....
Kenapa sih cinta itu bisa seaneh ini? Kalau ada yang bilang cinta tak mengenal batasan, lalu kenapa dua orang yang saling mencinta tidak bisa bersatu :`(
Cinta
ada seorang cw *sebut aja A*,dia
sayang sama seorang cowo *sebut aja
B*..
nah...ternyata si B ini sayang juga
sama si A..
tapi...si B bilang kalo dia ga bisa
jadian sama si A karena satu hal..
PERTANYAAN GW..kira-kira alasan si B
bilang ga bisa jadian apa ya?
padahal..kayanya semuanya oke oke aja,
orang-orang juga pada ngedukung banget
mereka jadian..
hmmmmmmm.....
Kenapa sih cinta itu bisa seaneh ini? Kalau ada yang bilang cinta tak mengenal batasan, lalu kenapa dua orang yang saling mencinta tidak bisa bersatu :`(
Jan 13, 2007
Disaster Management
Ga tau kenapa, tapi saya merasa negara Indonesia tercinta selalu lamban dalam menangani bencana, baik bencana alam maupun bencana lainnya. Musibah lumpur di Brantas cuma satu dari banyak kasus lambannya penanganan bencana yang dilakukan negara ini. Yang paling anyar adalah musibah yang dialami oleh Kapal laut Senopati Nusantara dan pesawat Adam Air.
Seharusnya bagitu terdengar ada bencana yang terjadi, pemerintah harus segera turun tangan membantu entah itu dalam usaha penanganan korban, penyelamatan jiwa korban, pencegahan dari musibah lanjutan dan sebagainya. Tapi yang terjadi adalah hal pertama yang dilakukan atau lebih tepatnya "diributkan" adalah saling tunjuk siapa yang salah. Urusan siapa yang salah (kalaupun karena kesalahan manusia) itu bisa diurus belakangan, yang terpenting jelas nyawa manusia, itu yang seharusnya menjadi prioritas dalam penanganan bencana.
Mungkin, ini mungkin loh, lambannya penanganan bencana diakibatkan karena dalam penanganan bencana tidak tersedia uang yang besar yang bisa di"korupsi" sehingga banyak pihak yang berwenang seolah mengulur waktu hingga ada kejelasan berapa besar dana yang ada dalam kegiatan penanganan bencana. Mungkin juga, ini mungkin lagi loh, karena memang sebenarnya manusia di Indonesia sudah tidak lagi memiliki rasa kasihan, tidak lagi memiliki rasa kebersamaan, semua yang dilakukan harus mendahulukan kepentingannya dulu baru kepentingan orang lain. Tidak usah jauh-jauh melihat ke orang-orang yang duduk di posisi penting negara ini, lihat saja di pinggir jalan jika terjadi kecelakaan. Berapa banyak orang yang bersedia menolong orang yang terkena kecelakaan? Pastinya lebih banyak orang yang menonton daripada yang menolong. Kenapa bisa begitu? karena kebanyakan orang di Indonesia tidak mau repot-repot menolong orang yang tidak dikenalnya, tapi kalau giliran orang yang dikenalnya yang mengalami kecelakaan dan tidak ada yang menolong, mereka akan dengan semangat 45 menyumpahi, memaki dan mengutuk orang-orang yang hanya bisa menonton.
Hal-hal seperti ini, dimana nyawa manusia kurang dihargai, yang membuat saya makin lama makin muak tinggal di negara ini....
Seharusnya bagitu terdengar ada bencana yang terjadi, pemerintah harus segera turun tangan membantu entah itu dalam usaha penanganan korban, penyelamatan jiwa korban, pencegahan dari musibah lanjutan dan sebagainya. Tapi yang terjadi adalah hal pertama yang dilakukan atau lebih tepatnya "diributkan" adalah saling tunjuk siapa yang salah. Urusan siapa yang salah (kalaupun karena kesalahan manusia) itu bisa diurus belakangan, yang terpenting jelas nyawa manusia, itu yang seharusnya menjadi prioritas dalam penanganan bencana.
Mungkin, ini mungkin loh, lambannya penanganan bencana diakibatkan karena dalam penanganan bencana tidak tersedia uang yang besar yang bisa di"korupsi" sehingga banyak pihak yang berwenang seolah mengulur waktu hingga ada kejelasan berapa besar dana yang ada dalam kegiatan penanganan bencana. Mungkin juga, ini mungkin lagi loh, karena memang sebenarnya manusia di Indonesia sudah tidak lagi memiliki rasa kasihan, tidak lagi memiliki rasa kebersamaan, semua yang dilakukan harus mendahulukan kepentingannya dulu baru kepentingan orang lain. Tidak usah jauh-jauh melihat ke orang-orang yang duduk di posisi penting negara ini, lihat saja di pinggir jalan jika terjadi kecelakaan. Berapa banyak orang yang bersedia menolong orang yang terkena kecelakaan? Pastinya lebih banyak orang yang menonton daripada yang menolong. Kenapa bisa begitu? karena kebanyakan orang di Indonesia tidak mau repot-repot menolong orang yang tidak dikenalnya, tapi kalau giliran orang yang dikenalnya yang mengalami kecelakaan dan tidak ada yang menolong, mereka akan dengan semangat 45 menyumpahi, memaki dan mengutuk orang-orang yang hanya bisa menonton.
Hal-hal seperti ini, dimana nyawa manusia kurang dihargai, yang membuat saya makin lama makin muak tinggal di negara ini....
Subscribe to:
Posts (Atom)